Skip to main content

Syirikkah Kita Menggunakan Jampi&Mantera??

MANTERA&AJIAN&DOA&UCAPAN

angjawokan adalah semacam ucapan untuk tujuan magis tertentu. Isi kalimatnya mirip mantra dan biasanya disusun dalam bentuk syair.
Bacaannya diajarkan oleh gurunya dari mulut ke telinga (secara lisan),
syarat-syaratnya seperti puasa wedal, puasa tiga hari berturut-turut,
puasa mutih, kadang tapa, dll.

Jika telah dibekali dengan bacaan jangjawokan akan ada pantangan yang tidak boleh dilanggar. Pengetahuan ini tidak boleh diberikan kepada siapapun kecuali bila ia telah menyatakan ingin berguru. Jangjawokan merupakan tradisi mistis yang berlaku didaerah tertentu.

Sandaran yang dipakai bermacam-macam, kadang ke Allah kadang ke dewa atau jin.

Jangjawokan di dalam koridor satra puisi arkais didefinisikan, sebagai : permintaan atau perintah agar keinginan (orang yang menggunakan jangjawokan) dilaksanakan oleh nu gaib “makhluk gaib” sebatas ini mudah dipahami, yakni para pengguna jangjawokan menggunakan makhluk gaib untuk mencapai keinginannya.

Namun tidak dapat dipungkiri jika ditemukan pula jangjawokan yang menggunakan bacaan sebagaimana lajimnya digunakan oleh urang sunda yang beragama islam (lihat Sadat Buhun), dikatagorikan do’a, bukan jangjawokan.

Namun apakah tidak ada jangjawokan bukan do’a ?.
Pemilahan jangjawokan dengan do’a dimungkinkan terjadi jika jangjawokan dikatagorikan sebagai bagian dari puisi sunda (arkais), serta dibahas dalam kacamata sastra. Indikator jangjawokan ditentukan berdasarkan kacamata sastra. Namun boleh saja jika jangjawokan dilihat dari kacamata lainnya. Karena ketika seseorang mengucapkan jangjawokan tentu tujuannya bukan untuk membaca puisi.

Jangjawokan diyakini memiliki kekuatan magis. Kemungkinan kekuatan dari kandungan magis yang dirasakan nyaman menyebabkan jangjawokan ditularkan secara turun temurun. Jangjawokan tidak mungkin bisa bertahan dan terkabarkan hingga sekarang jika tidak dirasakan manfaatnya dan diyakini kekuatannya. Yang jelas ada harmoni manusia dengan alamnya ketika jangjawokan itu dibacakan.

Peran jangjawokan bisa diasumsikan keberadaanya sebelum kemudian diserahkan kepada para penyembuh modern, seperti dokter ; psikolog ; atau profesi apapun yang terkait dengan masalah penyembuhan fisik dan psikis. Jangjawokan digunakan pula dalam keseharian, sebagai bagian dari tertib hidup, seperti pada kegiatan sebelum buang air dan kegiatan lainnya.
Jangjawokan dalam jenis ini bisa ditemukan dalam Jampe Kahampangan
(Jampi hendak buang air kecil) ;
Jampe Kabeuratan (hendak buang air besar) ;
Jampe Neda (Jampi sebelum makan) ;
Jampe Masamon (Jampi bertamu) dll.

Konon kabar, kekuatan dari magisnya terletak pada kebersihan hati si pelafalnya dan kesungguhan bagi para penggunannya. Namun saya tidak bisa terlalu jauh masuk untuk mengetahui pengaruhnya, biarlah ini merupakan bagian dari bidang lainnya.

Wahyu Wibisana, mengkatagorikan: ”ajimantra (baca : Jangjawokan) merupakan sastra arkais yang pernah muncul kemudian setelah sastra sunda kuno. Dikatakan ’pernah digunakan’ dan ’pernah muncul’, karena memang saat ini kebanyakan orang sunda sudah tidak menggunakan dan sekaligus tidak mempercayai ajimantra. Hanya saja, sebagai karya sastra (yang umumnya berbentuk lisan) tetap merupakan genre tersendiri dalam sastra Sunda seperti juga pada sastra daerah lainnya di Nusantara.”.

Dari pernyataan diatas, saya yakin Kang Wahyu masih menganggap bahwa masih ada masyarakat Sunda yang menggunakan jangjawokan.
Kitapun lantas tidak bisa menafsirkan masyarakat pengguna jangjawokan sebagai masyarakat ketinggalan jaman, karena realitasnya masih nyaman untuk digunakan. Dengan dimasukannya ajimantra sebagai bagian dari puisi maka masih bisa ditelusuri dan terkabarkan beritanya kepada generasi berikutnya. Setidak-tidaknya katagorisasi ini dapat menyelamatkan jangjawokan sebagai asset budaya bangsa,
sekalipun hanya dinikmati sebagai karya seni, tidak pada unsur magisnya.

Jangjawokan menurut Wahyu Wibisana memiliki ciri-ciri, yakni :

1. Menyebutkan nama kuasa imajiner, seperti : Pohaci Sanghiyang Asri, Batara, Batari dll.
2. Dalam kalimat atau frase yang menyatakan si pengucap janjawokan berada pada posisi yang lebih kuat, otomatis berhadapan dengan pihak yang lemah.
3. Berhubungan dengan konsvensi puisi, merupakan kelanjutan dari gaya Sastra Sunda Buhun dan cerita Pantun, yakni adanya desakan atau perintah, disamping himbauan, tegasnya bersifat imperative dan persuasif.
4. Masih berhubungan dengan konvensi puisi, adanya rima-rima dalam jangjawokan. Rima-rima dimaksud memiliki fungsi estetis ; membangun irama ; fungsi magis ; fungsi membuat ingatan orang yang mengucapkan.
5. Adanya lintas kode bahasa pada ajimantra yang hidup di Priangan dan Baduy. Bahasa jangjawokan tersebut diserap seutuhnya atau disesuaikan dengan lidah pengucapnya.
6. Terkesan sebagai sastra arkais yang pernah muncul kemudian setelah sastra sunda.

Ciri-ciri diatas tentunya dilihat dari katagori Jangjawokan sebagai bagian dari puisi arkais sunda. Jadi wajar jika ada tekanan tujuan dari materi jangjawokan ; gaya sastra dan gaya bahasa ; rima-rima ; dan kelahirannya paska sastra sunda.

Penyebutan Kuasa Imajiner


Pengertian imajiner berpusat pada pemikiran yang berhubungan dengan makhluk gaib yang dianggap mempunyai kekuasaan dan kewenangan dan berada di tempat tertentu. Pada tataran keyakinan dan kepercayaan bahwa dengan cara tertentu, kekuasaan dan kewenangan makhluk gaib itu dapat dimanfaatkan manusia untuk tujuan-tujuan yang dikehendakinya, sebagaimana dalam Jangjawokan.

Nama-nama kuasa imajiner yang dimaksudkan tentunya sangat terkait dengan istilah-istilah yang digunakan urang Sunda Buhun. Seperti Pohaci Sanghyang Asri ; Batara dan Batari ; Sri Tunggal Sampurna ; Malaikat Incer Putih ; Raden Angga Keling ; Ratu Teluh ti Galunggung ; Sang Ratu Babut Buana. Penyebutan kuasa imajiner tersebut, seperti contoh dibawah ini :

Jampe Masamoan

Nu ngariung jiga lutung
Nu ngarendeng jiga monyet
Nya aing mandahna !
Maung pundung datang turu
Badak galak datang depa
Galudra di tengah imah
Kakeureut kasieup ku pohaci awaking.





Jampe masamoan diatas bertujuan agar memiliki kekuatan yang tersinari pohaci yang ada didalam dirinya.
Bahkan ada semacam perintah bathin kepada siapapun yang ada ditempat pasamoan tersebut untuk tunduk dan menerima kehadirannya.
Mungkin juga dapat ditafsirkan adanya perintah bathin orang yang hendak bertamu kepada bathin pihak”nu dipasamoan’.

Contoh perintah bathin ini dapat dilihat dari asihan asihan seperti dibawah ini, sebagai berikut :

Ka Indung anu ngandung
Ka Rama anu ngayuga
Ka Indung nu teu ngandung
Ka Rama anu teu ngayuga
kadulur opat kalima pancer
Pang nepikeun ieu hate
Ka Indung na anu ngandung
Ka Rama na anu ngayuga
Ka Indung na nu teu ngandung
Ka Rama na anu teu ngayuga
Kadulur na opat kalima pancer
Kalawan kanu ngurus ngaluis hirup jeung huripna… (sianu) …….
Pamugi sing ……….

Jangjawokan diatas terasakan adanya perintah bathin (rasa) dari pembaca jangjawokan kepada bathin (rasa) orang yang dituju
untuk melaksanakan apa yang dikehendakinya.

Perintah dan urusan koridor bathin ini sangat nampak ketika pemohon memerintahkan bathinnya untuk menyampaikan kepada bathin tujuannya.

Seperti ada eksistensi indung dan bapak anu ngandung kalawan nu teu ngandung. Kemudian disebut pula eksistensi dari saudara yang empat dan pancernya.

Dalam konteks yang sama ditemukan pula istilah-istilah spiritual yang lajim digunakan orang sunda penganut agama islam.

Sehingga kuasa imajiner jika ditafsirkan sebagai sesuatu yang gaib
atau makhluk terasa menjadi rancu jika kita membaca jangjawokan
seperti dibawah ini.

Jampe Unggah

Ashadu sahadat bumi
Ma ayu malebetan
Bumi rangsak tanpa werat
Lan tatapakan ing Muhammad
Birahmatika ya arohmana rohomin


Jampe Turun

Allohuma ibu bumi
Medal tapak tatapakan
Turun wawayanging ing Muhamad
Birahmatika ya arohma rohimin.

Jika saja ditelaah lebih lanjut dari kedua jangjawokan terakhir,
ingsun sendiri menjadi maklum, bahwa permohonan bathin
kepada sesuatu ”Yang Gaib” dimintakan ijin terlebih dahulu kepada
”Yang Maha Gaib”,
atau dapat juga disimpulkan bahwa atas kehendak
yang Maha Gaib maka Yang Gaib itu bisa diperintahkan.

Istilah ”Nu Gaib” disini tentunya menimbulkan pertanyaan,
Nu Gaib anu mana ?.

Mungkin alangkah lebih bijaknya jika mendefinisikan jangjawokan
dengan cara menggunakan paradigma dari para penggunanya,
yakni masyarakat Sunda Buhun.
Dalam paradigma masyarakat Sunda Buhun, terutama ketika mengkaji dan menemukan sejarah diri akan terungkap ada tiga unsur yang menyebabkan manusa hirup jeung hurip, yakni unsur lahir (raga) ;
bathin (hidup) dan kuring (aku).
Kuring atau aku bertindak sebagai driver bagi lahir dan bathin,
bagi raga jeung hirupna. Aku pula yang memanaje raga dan bathin.

Dari paradigma tersebut tentunya dapat disimpulkan, bahwa nu gaib itu bukan sesosok makhluk yang ada diluar dirinya, melainkan nu ngancik dina dirina.

Kesimpulan ; Jangjawokan bila dilihat secara harfiah dari kata atau kalimatnya, maka “dapat” dikategorikan sebagai JAMPI atau MANTERA.



JANGJAWOKAN,
JAWAREH (Jawa Sawareh atau separuhnya berbahasa Jawa)
JAMPI atau MANTERA
MENURUT PANDANGAN ISLAM


sumber : Kitab Taudhihul Adillah, Jilid 3 halaman 47 - 52
Karangan Mu'alim KH. M. Syafi'i Hadzami (Alm)

Jampi atau mantera adalah kata-kata yang diucapkan untuk keperluan melindungi diri dari penyakit, godaan syaitan dan sebagainya. Terkadang jampi, mantera merupakan rumusan-rumusan rahsia yang dianggap ber SAKTI. Terkadang digunakan pada inisiasi, yang dibisikan oleh guru kebatinan pada suatu pelantikan ataupun tahbis.
Di dalam Islam, jampi atau mantera ini disebut dengan
ARRUQYAH atau AL UDZAH.

“Al Udzah, Alma’adzah, Attawi’dz, Arruqyah, jampi, mantera yang dipergunakan orang untuk melindungi diri dari sebab terkejut ketakutan, gila, karena dibuat perlindungan dengannya”
(Lisanul Arab karangan Ibnu Mandzur Al Ifriqy, jus V halaman 34.

Mengenai syirik dan tidaknya jampi, mantera itu adalah tergantung kepada jampi, mantera yang diucapkan dan tergantung pula kepada ‘itiqod (kepercayaan, keyakikan) orang yang mengucapkannya.

Karena ARTI SYIRIK adalah :
ORANG YANG MELAKUKAN SESUATU PERSEKUTUAN KEPADA ALLAH SWT, YAITULAH YANG BERTENTANGAN DENGAN TAUHID,
artinya MENGESAKAN ALLAH.

Tauhid artinya ber’itiqod bahwa DZAT ALLAH SWT TIDAK TERSUSUN DARI SUKU-SUKU dan TIDAK MEMPUNYAI BANDINGAN
dan SIFAT ALLAH SWT serba ESA.
Tidak ada lainnya yang bersifat dengan SIFAT-SIFAT ALLAH yang QODIM.

Tidak ada perbuatan yang pada haqiqatnya
melainkan PERBUATAN ALLAH saja.
Inilah TAUHID inilah MONOTEISME.
Inilah yang didakwahkan para Rosul semenjak Nabi Adam As
sampai kepada Nabi Muhammad Saw.

Orang mu’min adalah orang yang meng ESA kan ALLAH,
pada DZATNYA, SIFAT-SIFATNYA dan FI’ILNYA.

Adapun mengenai ucapan-ucapan dalam bahasa,
bahasa apapun juga, ada yang menunjuki kepada maksudnya secara haqiqi, dan ada pula secara majazi (kiasan).

Contoh yang haqiqi :
Allah Swt telah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dengan suburnya.

Contoh yang majazi (kiasan) :
Musin penghujan telah menumbuhkan sayur-mayur.

Untuk contoh yang majazi ini, jika yang mengatakannya (yang ngomongnya) orang yang ber TAUHID
tentu dimaksudkan adalah majaz saja,
cuma sekedar bahasa saja, sedang haqiqatnya yang menumbuhkan sayur-mayur itu adalah ALLAH SWT.
Karena menurut keyakinannya (si mu’min),
bahwa Almu Attsir (yang member bekas itu hanya Allah jua,
bukan yang lain).

Tetapi orang yang tidak bertauhid,
mungkin sekali bahwa memang menurut ‘itiqodnya (keyakinannya, kepercayaannya) bahwa yang member bekas (almu attsir)
adalah musim penghujan itu,
hujan itulah yang menumbuhkan sayur-mayur.

Jika terdapat orang semacam ini,
maka bisa dikatakan kata-kata MUSYRIK kepadanya.
Karena dia telah menganggap ada kekuatan lain selain dari ALLAH SWT, hanya dia Tuhan yang dapat ta’tsir, yang memberi bekas,
atau yang dapat mengadakan sesuatu yang tidak ada,
atau meniadakan sesuatu yang ada.

Alhasil, persoalan syirik ini adalah pada gholibnya
(pada umumnya yang sering terjadi dimasyarakat)
(kembali kepada si pensyirik (orang yang melakukan syirik).

Kita kembali pada jampi atau mantera.
Jampi atau mantera terkadang berupa doa dengan ucapan tertentu,
mungkin dzikir-dzikir berupa Asmaullah,
Ayat-ayat Al Qur’an atau lainnya.

JAMPI ATAU MANTERA YANG DILARANG
ADALAH JAMPI YANG BERISI DEWA-DEWA
(seperti dewa Samge atau dewa Mambrat).

Karena di dalam Syariat Islam sudah banyak Arruqo (jama’nya RUQYAH),
yaitu jampi, mantera) yang telah diajarkan oleh Rosululloh Saw
untuk keperluan umatnya, dengan ucapan dan cara tertentu.

Maka wajiblah bagi muslim/mah, mu’minin/mat untuk meninggalkan jampi
atau mantera yang tidak diketahui maknaya,
karena terkadang nama-nama yang diucapkan itu
adalah berasal dari nama-nama yang dilarang
bagi muslim menyebutnya.

Contoh jampi atau mantera yang dilarang bagi muslim/mah
untuk dibaca manakala mengalami keterkejutan oleh sesuatu
yang menganggu perasaanya.
Jampi atau mantera ini sudah popular dikalangan masyarakat Betawi :

BANGUN-BANGUN MAKAN NASI AMA GAREM
BANGUN-BANGUN MAKAN NASI AMA KECAP

Sebaiknya jampi/mantera itu digantinya dengan ucapan :

Audzu bikallimaatillaahit tammati min ghodobihi
wasyarri ‘ibaadihi wamin hamazaatisy syayaathiini wa-an yahdhuruun

Artinya :
Aku berlindung dengan Kalimatulloh yang sempurna dari murkanya,
kejahatan segala hambanya
dan dari gangguan syaithon-syaithon,
dan dari kehadiran mereka itu.
(HR. Abu Dawud dan Attirmidzi)

Ada juga jampi atau mantera yang dibaca saat seseorang akan berjalan melalui tempat yang dianggapnya angker, contoh :

NUMPANG-NUMPANG ANAK BABI MAU LIWAT
NUMPANG DATUK, NUMPANG DATUK, ANAK BABI MAU JALAN

Jampi atau mantera diatas itu hendaknya diganti dengan ucapan:

A’udzubikallimaatillahit tammati min syarri maa kholaq

Artinya :
Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna,
dari kejahatan makhluq NYA.
(HR. Muslim)

Adapula jampi atau mantera yang dibaca untuk menghadapi orang yang ditakuti, jampi penggentar atau disebut juga dengan Simak,
konon katanya kalau jampi/mantera ini dibaca saat menghadapi musuh,
maka musuh itu menjadi kaku. Inilah jampi/mantera itu:

SIMA MAUNG SIMA SIHUNG
SIMA ULA SIMA JELAMA
AHRA MENENG, ASRA MENENG
MENENG (3X), MANDEG

Konon lagi pula, bila musuh itu dibacakan jampi/mantera di atas, maka dia akan menjadi bodoh, tidak dpt bergerak.
Kaku badannya atau blh juga sesak nafasnya .

Jampi atau mantera di atas itu sebaiknya diganti dengan ucapan sbb:

Allohumma innaa naj’aluka fii nuhuurihim
wana’uudzubika min syuruu rihim

Artinya :

Ya Allah, jadikan Engkau pada batang leher mereka,
Dan kami berlindung dengan Engkau dari kejahatan mereka
(HR. Abu Daud danAnnasai).

SEMOGA ADA MANFAATNYA.

Comments

Popular posts from this blog

JALJALUT SUGHRO BISMILLAH

Rajahan jaljalut basmallah ini  dari kitab " Manba'u Usulil Hikmah ", Disusun oleh Sayyidina Al-Imam As-Syeikh Al-Bahr Ahmad Ibni Ali Al-Buuny, Jaljalut merupakan Bait-Bait Ilmu Hikmah yg mempunyai ke khususan dan ke ghaiban pada setiap baitnya, Allah S.W.T meletakkan rahsia-rahsia didalam bait Jaljalut ini Ilmu-Ilmu ghaib dan ke khususan2 bagi pembacanya, bait Jaljalut terbagi dua bagian Sughra 60 Bait dan Qubra 360 Bait, Dalam kesempatan ini saya coba terjemahkan Bait Jaljalut Sughra 60 bait.Dan telah penulis mudahkan dgn membuat rajahan jaljalut yg mempunyai khasiat basmallah dan surah al fatihah serta pelbagai rahsia didlmnya seumpama sempurnanya khasiat 30juzuk al quran dimana kita ketahui 30juzuk al qutan itu terkandungnya didlm ibu doa iaitu al fatihah dan basmallah itu kuncinya al fatihah sedangkan ba itu kuncinya basmallah.penulis akan huraikan sedikit dr khasiatnya jaljalut dr bait basmallah ini.. Barang siapa yang senantiasa ( Istiqomah ) membaca Bait di atas

Misteri Kelebihan Sarang Burung Tempua

Sarang burung tempua mempunyai jantan dan betina.berbeza bentuk maka yg pendek merupakan sarang bagi burung jantan bertengek dan yang panjang bagi burung betina bertelur. Sarang sering digunakan bagi hiasan atau pun yang berunsur mistik.sarang tempua kekadang yang rare akan terdapat buluh perindu atau bulu perindu sebagai jalinan sarang burung tersebut. Burung tempua juga memilih membuat sarang pada tempat yg sukar dicapai dan dekat pada sumber air. Mengikut kitab kuno raja sulaiman tempua merupakan salah satu dari jenis burung mistik seperti pelatuk yg merupakan utusan Nabi Allah Sulaiman..kelebihan sarang tempua adalah sebagai pelaris pabila digantung pd tempat perniagaan dan pelet bagi memanggil kekasih yg lari atau ditinggalkan.pendinding dr sihir dan kianat.semua ini mengambil filosofi dari sarang itu sendiri dimana pelaris adalah disebabkan sejauh mana burung keluar mencari makan pasti akan pulang kesarang selain dr bahan sarang itu sendiri mempunyai buluh perindu.sebagai media p

Kegunaan Buhur,Dupa,Kemenyan Dan Khasiatnya

Kemenyan dizaman Nabi dan Salafus Soleh juga menjadi bagian dari beberapa ritual umat Islam. Nabi Muhammad SAW dan para Sahabat sendiri sangat menyukai wangi-wangian, baik yang berasal dari minyak wangi hingga kemenyan, sebagaimana disebutkan didalam berbagai hadits. Misalnya hadits sahih riwayat Imam Muslim dan Imam Al-Bukhari berikut ini : عَنْ نَافِعٍ، قَالَ: كَانَ ابْنُ عُمَرَ «إِذَا اسْتَجْمَرَ اسْتَجْمَرَ بِالْأَلُوَّةِ، غَيْرَ مُطَرَّاةٍ وَبِكَافُورٍ، يَطْرَحُهُ مَعَ الْأَلُوَّةِ» ثُمَّ قَالَ: «هَكَذَا كَانَ يَسْتَجْمِرُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “Dari Nafi’, ia berkata, "Apabila Ibnu Umar mengukup mayat (membakar kemenyan), maka beliau mengukupnya dengan kayu gaharu yang tidak dihaluskan, dan dengan kapur barus yang dicampurkan dengan kapur barus. Kemudian beliau berkata, “Beginilah cara Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam ketika mengukup jenazah (membakar kemenyan untuk mayat)”. (HR. Muslim) عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ ر