Tetiba teringat penulis pada perguruan sabandar .salah satu perguruan atau langkah gerak yg penulis belajar dr guru kisawung rahsa@muslil siregar.adalah gerakan jurus 5.dengan gabungan zikir asma dlm setiap gerakan serta nafas.
Silat Sabandar adalah aliran silat yang berkembang di desa Sabandar, Karangtengah, Cianjur, Tanah Sunda (Provinsi Jawa Barat), yang dikembangkan oleh Muhammad Kosim dari Minangkabau Asal negeri Mamak Kosim -- demikian orang Sunda sekitar beliau memanggil -- di Minangkabau tidak diketahui secara pasti. Mama di dalam bahasa Minangkabau artinya saudara laki-laki dari ibu. Di Tanah Sunda, Mama Kosim dikenal sebagai orang yang lembut dan penuh belas kasihan. Beliau mengajar murid-muridnya dengan lembut, ini menandakan karakter sabar dari seorang guru. Sifat beliau yang lembut dalam mengajari silat, bukan berarti gerakan itu tidak berbahaya jika digunakan untuk membela diri.
Sejarah sabandar
Silat Sabandar yang diajarkan oleh Mama Kosim telah lebur dengan silat yang ada di Tanah Sunda. Tokoh lain yang berpengaruh besar terhadap perkembangan silat Sabandar adalah Kari dan Madi. Silaturrahmi yang saling mengguntungkan antara dua ahli silat telah melahirkan aliran baru, sehingga sudah sulit membedakan mana silat yang asli diajarkan oleh Mama Kosim, mana yang berasal dari ajaran Kadi dan Madi. Disamping peleburan gerakan fisik, peleburan aspek spiritual tentu saja tidak bisa dihindarikan dari silaturahmi tokoh-tokoh silat ini. Jika Mama Kosim berasal dari Ranah Minangkabau, maka Mama Kosim sudah dapat dipastikan memiliki kemampuan silat secara fisik dan juga memiliki aspek-aspek spritualnya, karena di dalam pepatah Minangkabau mengatakan bahwa nan lahia babatin ( yang lahir memiliki aspek batinnya). Di zaman beliau hidup tersebut tidak mungkin silat di Minangkabau diajarkan tanpa diberi isi. Isi itu lebih berdekatan ke arah pengajian tarekat setelah dipengaruhi Islam, dalam hal ini blh dikatakan dasarnya dari tarekat yang dominan di Sumatera Barat di zaman itu, yakni Satariah (Syaththariyyah), Naqsabandiyah dan Samaniah. Pada zaman sebelum Islam, isi tersebut dipengaruhi oleh campuran antara ajaran kepercayaan animisme/dinamisme dengan ajaran Hindu dan Budha. Setelah Islam masuk, sisa-sisa dari warisan sebelum Islam masih blh terbaca di dalam beberapa patah kata dari sebagian besar mantera-mantera yang digunakan di Minangkabau oleh pengamalnya.
Tarekat Samaniah hanya berkembang di daerah Luhak (Kabupaten) Limapuluh Kota dengan ibu kota Payakumbuh, sedangkan dua tarekat lain berkembang ke wilayah lain di Minangkabau bahkan sampai ke daerah rantau ( di sekitar Sumatera Barat saat ini bahkan sampai ke Malaysia). Salah satu ajaran dari Satariah adalah takhalli (kosongkan dari keburukan), tahalli (isi dengan kebajikan) dan tajalli (kehadiran cahaya ilahi di dalam diri pengamalnya). Sementara itu tarekat samaniah yang menggunakan anggota tubuh secara aktif menyatu ke dalam gerakan silat, jadi zikir itu sendiri adalah gerakan pada silat. Bagaimanapun, diperlukan kajian lebih dalam bagaimana pengaruh kajian tarekat di dalam silat Sabandar yang ada saat sekarang dan dibandingkan dengan sumbernya di Ranah Minangkabau. Permainan menggunakan rasa juga dikenal di dalam terminologi silat di Minangkabau, negeri asal Moh Kosim, yakni mamakai garak jo raso (menggunakan insting dan rasa) pada tingkat mahir. Pada level ini pesilat sudah menggunakan ketajaman rasa dan bersilat dengan gerakan cepat, tepat dan baik tanpa perlu dipikirkan dulu.
Kata 'rasa' ini dapat diibaratkan dengan seorang pemandu kereta yang menggunakan kombinasi rem, jalan dan petrol dengan baik dan lembut meskipun telah melaju dengan sangat kencang dan dapat berhenti tanpa harus terhentak. Kata 'rasa' di dalam Bahasa Minangkabau juga blh dipakai untuk seorang tukang masak yang mahir yang boleh menghasilkan masakan enak tanpa harus menimbang satu-satu bahan mentahnya seperti yang dilakukan oleh seseorg pesilat pada tahap belajar.
Adapun jurus-jurus itu adalah :
Keupeul
Penyaluran
Pancingan
Liliwatan
Dongkak Lakang
Persilatan Jurus Lima atau yg biasa dikenal dengan Jurus Syahbandar dikenal dengan beberapa nama antara lain; Langkah Empat (langkah ampek), Jalan lima, Gerak Anu Opat Kalima Pancer, Gerak Sabandar, Gerak Asror, Gerak Panca Tunggal,jurus halilintar dll. Dahulu dikenal dari Moh. Kosim sebagai Sabandar, berasal dari Pagaruyung Sumatra Barat. Sementara itu menurut penyelidikan KiSawung secara langsung ke Bukit Tinggi-Padangpanjang-Batusangkar, yg mana dalam hal ini beliau telah dibantu oleh Bpk. Drs.Mid Djamal (pensyarah ASKI Padangpanjang). Beliau telah mendapat banyak keterangan yang menarik tentang aliran2 silat/pencak Minangkabau daripadanya. Bpk. Drs.Mid Djamal adalah juga penulis dari sebuah buku yang berjudul “Aliran-aliran Silat Minangkabau”. Bahawasanya dalam aliran2 silat Minang terdapat aliran silat tenaga dalam, beliau menyebutnya lebih tepat dengan istilah tenaga batin.
Di Minang kaedah tersebut dikenali dengan nama Ilmu Gayung. Ilmu Gayung ada dua jenis yaitu Gayung Zahir dan Gayung Batin (gayung bersambut dan gayung tak bersambut). Silat Minang itu dirangkum dari “4 aliran” : -
Silat Harimau Campo, yg berasal dari Champa
Silat Kucieng Siam, yg berasal dari Siam
Silat Kambieng Utan, yg berasal dari Bhutan
Silat Anjueng Mualiem , yg berasal dari Persia.
Yang kemudian oleh Nini Datuk Suri Dirajo disempurnakan menjadi Silek Tuo pada sekitar tahun 1190 M. RIWAYAT HIDUP MOH. KOSIM AMA SABANDAR Dilahirkan pada tahun 1766 di Pagaruyung (Minangkabau Timur), meninggal pada tahun 1880 dimakamkan di Wanayasa, Purwakarta, Jawa-Barat. Bererti umurnya mencapai 114 tahun. Menurut keterangan dari Bpk.Letkol Ckh. Abdur Rauf,SH (Sesepuh Pusaka Paguron Cikalong / PPC / Cianjur) Beliau pernah mendengar keterangan dari para Sesepuh Cikalong terdahulu bahawasanya Moh Kosim itu diusir dari Pagaruyung kerana mengajarkan Silat Pusako kepada orang kebanyakan / masyarakat awam yg bukan Bangsawan atau keluarga kerajaan.
Diceritakan pula pada masa itu, Moh Kosim adalah seorang pemuda bangsawan yang punyai kegemaran berlumba perahu dengan orang kebanyakan, pergaulannya sehari-hari sangat dekat dengan masyarakat bawah. Apalagi masa itu banyak terjadi ketidak adilan yg dilakukan penguasa kerajaan terhadap rakyatnya. Sehingga atas dasar itulah mengapa seorang pemuda bangsawan kerajaan, menjadi terketuk hatinya untuk mengajarkan pusako pentjak, yang menjadi simbol kebanggaan yg sangat diimpi2kan setiap pemuda minang. Sehingga semakin ramailah para pemuda minang yang belajar pentjak, dan hal ini kemudian menjadi tersebar kepada pihak kerajaan yang menjadi terganggu dan merasa kuatir terancam secara tak langsung, kerana mula merasakan ancaman secara tidak langsung dari masyarakat. Kemudian akhirnya terjadi perselisihan faham antara Moh Kosim dengan keluarganya mengenai masalah “peraturan pentjak. Moh Kosim dianggap telah menyalahi peraturan, kerana tidak boleh mengajarkan pusako kepada orang kebanyakan. Dan kerananya (juga akibat fitnah dan tekanan dari pihak kerajaan) diambillah keputusan hukuman baginya, diusir dari Pagaruyung.
Sehingga pelajaran pentjak kepada orang kebanyakan menjadi tidak selesai dan tidak sempurna. Dengan demikian ia bukan lagi menjadi ancaman bagi pihak pemerintah untuk melanjutkan penindasannya kepada kaum lemah. Dalam kepiluan hatinya terusir & pergi meninggalkan kampung halamannya, Moh Kosim naik kapal kompeni menuju ke Batavia. Di kapal terjadilah suatu kejadian yang tidak diduga, entah kerana sebab apa, terjadilah pertarungan antara Moh Kosim melawan salah satu jaguh kompeni. Dengan hanya satu kali gerakan saja, pecahlah kepala jaguh kompeni itu dihentamnya. Diceritakan selanjutnya sesampainya di Batavia, Moh kosim terpinga-pinga tidak mempunyai kegiatan dan pekerjaan berjalan tanpa arah dan tujuan mengikuti langkah kaki sahaja sehingga akhirnya sampailah di suatu tempat Desa Karang Tengah Cianjur.
Disanalah beliau dipanggil oleh pemilik perkebunan / tuan tanah , R.H.Enoch untuk diberikan pekerjaan sebagai penjaga danau dan kebun kelapa. Kemudian saat menjalankan tugasnya inilah terjadi lagi pertarungan berkali-kali antara pemuda minang ini melawan gerombolan perompak dan pengacau, yang selalu berakhir dengan tewasnya para perompak tersebut. Menjadi berita yg menggegarkan dilingkungan tersebut sehingga menjadi perhatian R.H.Enoch.
Memanglah dari sejak awal RH Enoch memanggil Moh Kosim, telah melihat ada sesuatu yang lain dari sikap tutur bahasa dan penampilannya. Dan peristiwa demi peristiwa yang terjadi di perkebunan telah membuatkan RH Enoh untuk menanyakan siapakah sebenarnya Moh Kosim. Sehingga terbukalah jati diri seorang Pemuda Bangsawan Dari Pagaruyung. Dan menurut keterangan selanjutnya, atas dasar inilah kemudian Moh Kosim dijadikan menantunya. Dalam masa yang sama juga RH Enoh ikut mempelajari pentjak minang, serta Moh Kosim dijadikan sebagai guru pentjak untuk mengajarkan kepada sanak kerabat RH Enoh. Kemasyhuran namanya inilah dikatakan menjadi sebab tertariknya Abang Kari dan Abang Mahdi serta Mbah Khaer untuk saling ber “Silaturrahmi” Dalam erti kata saling “bersilat”.
Dan disampaikan kejadiannya sangat di luar kemampuan akal dengan gambaran terjadinya pertarungan diantara sesama mereka selama 3 hari berturut-turut, bahkan ada yang mengatakan sampai 7 hari. Dan kesudahannya, “tiada yang kalah dan tiada yang menang”. Dan ia menjadi penyebab terjalinnya persahabatan persaudaraan yang erat diantara mereka. Dengan demikian, terwujudlah MAENPO SYAHBANDAR KARI-MAHDI yang tercipta dari sebuah keakraban mereka. BERSAMBUNG...
Posted via Blogaway
Comments
Post a Comment